kosong Grammar Tenses
Part I PartII Part III part IV part V
sekolah dasar smp/mts sma/ma/smk perguruan tinggi
sekadau sintang belitang SP 2 padak my home
Selasa, 27 April 2010 | 09.19 | 0 Comments

FIFA WORLD CUP 2010

Give me freedom, give me fire,
give me reason, take me higher
See the champions, take the field now, you define us, make us feel proud
In the streets are, exaltin ,
as we lose our inhabition,
Celebration its around us, every nations, all around us
Singin forever young, singin songs underneath that sun
Lets rejoice in the beautiful game.
And together at the end of the day.


WE ALL SAY
When I get older I will be stronger
They'll call me freedom
Just like a wavin' flag
And then it goes back
And then it goes back
And then it goes back

When I get older I will be stronger
They'll call me freedom

Just like a wavin' flag
And then it goes back
And then it goes back
And then it goes

Oooooooooooooh woooooooooohh hohoho
[Repeat all]
WE ALL SAY !
When I get older I will be stronger
They'll call me freedom
Just like a wavin' flag
And then it goes back
And then it goes back
And then it goes back

When I get older I will be stronger
They'll call me freedom
Just like a wavin' flag
And then it goes back
And then it goes back
And then it goes

Wooo hooooo hohohohoooooo

And everybody will be singin it
Wooooooooo ohohohooooo
And we are all singin it

Read more

Pembentuk Puisi

Ada beberapa pendapat tentang unsur-unsur pembentuk puisi. Salah satunya adalah pendapat I.A. Richard. Dia membedakan dua hal penting yang membangun sebuah puisi yaitu hakikat puisi (the nature of poetry), dan metode puisi (the method of poetry).


Hakikat puisi terdiri dari empat hal pokok, yaitu
1. Sense (tema, arti)
Sense atau tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari, menafsirkan).
2. Feling (rasa)
Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan.
3. Tone (nada)
Yang dimaksud tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif.
4. Intention (tujuan)
Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadang-kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut penyair
Untuk mencapai maksud tersebut, penyair menggunakan sarana-sarana. Sarana-sarana tersebutlah yang disebut metode puisi. Metode puisi terdiri dari
1. Diction (diksi)
Diksi adalah pilihan atau pemilihan kata yang biasanya diusahakan oleh penyair dengan secermat mungkin. Penyair mencoba menyeleksi kata-kata baik kata yang bermakna denotatif maupun konotatif sehingga kata-kata yanag dipakainya benar-benar mendukung maksud puisinya.
2. Imageri (imaji, daya bayang)
Yang dimaksud imageri adalah kemampuan kata-kata yang dipakai pengarang dalam mengantarkan pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Maka penyair menggunakan segenap kemampuan imajinasinya, kemampuan melihat dan merasakannya dalam membuat puisi.
Imaji disebut juga citraan, atau gambaran angan. Ada beberapa macam citraan, antara lain
a. citra penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan dengan indra penglihatan
b. Citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan dengan indra pendengaran
c. Citra penciuman dan pencecapan, yaitu citraan yang timbul oleh penciuman dan pencecapan
d. Citra intelektual, yaitu citraan yang timbul oleh asosiasi intelektual/pemikiran.
e. Citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak bergerak tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak.
f. Citra lingkungan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran selingkungan
g. Citra kesedihan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran kesedihan
1. The concrete word (kata-kata kongkret)
Yang dimaksud the concrete word adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama tetapi secara konotatif mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Slametmulyana menyebutnya sebagai kata berjiwa, yaitu kata-kata yang telah dipergunakan oleh penyair, yang artinya tidak sama dengan kamus.
2. Figurative language (gaya bahasa)
Adalah cara yang dipergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imaji dengan menggunakan gaya bahasa, perbandingan, kiasan, pelambangan dan sebagainya. Jenis-jenis gaya bahasa antara lain
a. perbandingan (simile), yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, umpama, laksana, dll.
b. Metafora, yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tanpa mempergunakan kata-kata pembanding.
c. Perumpamaan epos (epic simile), yaitu perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingannya dalam kalimat berturut-turut.
d. Personifikasi, ialah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia di mana benda mati dapat berbuat dan berpikir seperti manusia.
e. Metonimia, yaitu kiasan pengganti nama.
f. Sinekdoke, yaitu bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting untuk benda itu sendiri.
g. Allegori, ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan, merupakan metafora yang dilanjutkan.
1. Rhythm dan rima (irama dan sajak)
Irama ialah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembutnya ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Irama dibedakan menjadi dua,
a. metrum, yaitu irama yang tetap, menurut pola tertentu.
b. Ritme, yaitu irama yang disebabkan perntentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur.
Irama menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tidak terputus dan terkonsentrasi sehingga menimbulkan bayangan angan (imaji) yang jelas dan hidup. Irama diwujudkan dalam bentuk tekanan-tekanan pada kata. Tekanan tersebut dibedakan menjadi tiga,
a. dinamik, yaitu tyekanan keras lembutnya ucapan pada kata tertentu.
b. Nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara.
c. Tempo, yaitu tekanan cepat lambatnya pengucapan kata.
Rima adalah persamaam bunyi dalam puisi. Dalam rima dikenal perulangan bunyi yang cerah, ringan, yang mampu menciptakan suasana kegembiraan serta kesenangan. Bunyi semacam ini disebut euphony. Sebaliknya, ada pula bunyi-bunyi yang berat, menekan, yang membawa suasana kesedihan. Bunyi semacam ini disebut cacophony.
Berdasarkan jenisnya, persajakan dibedakan menjadi
a. rima sempurna, yaitu persama bunyi pada suku-suku kata terakhir.
b. Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir.
c. Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara mutlak (suku kata sebunyi)
d. Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau dengan vokal sama.
e. Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan).
f. Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada baris yang sama atau baris yang berlainan.
g. Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah kata.
h. Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapaat pada huruf-huruf mati/konsonan.
Berdasarkan letaknya, rima dibedakan
a. Rima awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait puisi.
b. Rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi
c. Rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap bait puisi.
d. Rima tegak yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bait-bait puisi yang dilihat secara vertikal
e. Rima datar yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada baris puisi secara horisontal
f. Rima sejajar, yaitu persamaan bunyi yang berbentuk sebuah kata yang dipakai berulang-ulang pada larik puisi yang mengandung kesejajaran maksud.
g. Rima berpeluk, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dan larik keempat, larik kedua dengan lalrik ketiga (ab-ba)
h. Rima bersilang, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dengan larik ketiga dan larik kedua dengan larik keempat (ab-ab).
i. Rima rangkai/rima rata, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir semua larik (aaaa)
j. Rima kembar/berpasangan, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir dua larik puisi (aa-bb)
k. Rima patah, yaitu persamaan bunyi yang tersusun tidak menentu pada akhir larik-larik puisi (a-b-c-d)
Pendapat lain dikemukakan oleh Roman Ingarden dari Polandia. Orang ini mengatakan bahwa sebenarnya karya sastra (termasuk puisi) merupakan struktur yang terdiri dari beberapa lapis norma. Lapis norma tersebut adalah
1. Lapis bunyi (sound stratum)
2. Lapis arti (units of meaning)
3. Lapis obyek yang dikemukakan atau "dunia ciptaan"
a. Lapis implisit
b. Lapis metafisika (metaphysical qualities)

b. Struktur Fisik Puisi
Adapun struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut.
(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik)
(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
(6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.


c. Struktur Batin Puisi
Adapun struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut.
(1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.


B. pendekatan
Dalam proses kegiatan belajar mengajar seorang Guru harus melakukan suatu pendekatan yang akurat agar siswa dapat memahami sbuah puisi secara mendalam , untuk itu Guru bisa menggunakan salah satu pendekatan yakni pendekatan inquiry dan discovery
Metode inquiry dan discovery pada dasarnya dua metode yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Inquiry artinya penyelidika sedabgkab discovery adalah penemuan. Dengan melalui penyelidikan siswa akhirnya dapat memperoleh suatu penemuan.
Semua langkah yang ditempuh, dari mulai merumuskan masalah, hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dengan data dan menarik kesimpulan. Jadi dengan metode inquiry dan discovery, siswa melakukan suatu proses mental yang bernilai tinggi, disamping kegiatan fisik lainnya.
Metode ini sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran, khusus pada pembelajaran bahasa Indonesia yang spesifiknya untuk memhami jenis karya sastra salah satunya adalah puisi.
Kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dalam metode ini adalah
1. siswa dapat merumuskan masalah untuk memahami puisi
2. siswa dapat meggunakan hipotesis sebagai penyelidikan agar dapat menemukan masalah dalam puisi
3. siswa dapat mengumulkan data dari puisi untuk menguji hipotesis
4. pengakhiran siswa dapat menarik sebuah kesimpulan tentang isi puisi
jadi pada dasarnya metode nquiry dab discovery ini adalah membantu siswa agar dapat berinteraksi

C. Orientasi Pembelajaran puisi
Tujuan pengajaran puisi(rizanur Gani, 9181) dapat ditampung dalam rumusan-rumusan sebagai berikut:
a. Membina dan mengembangkan kearifan menangkap isyarat-isyarat kehidupan dengan sekurang-kurangnya mencakup: menunjang ketrampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan rasa, karsa, dan pembentukan watak
b. Menghibahkan pandangan komprehensif tentang cipta budaya nasional: membina anak didik memiliki rasa bangga, keyakinan mandiri, dan rasa memiliki.
Jadi rumusan umum tersebut akan dapat dijabarkan oleh guru yang berpengalaman/terampil menjadi tujua-tujuan yang lebih khusus dan operasional.




PENYAJIAN
A. pembacaan puisi
Dalam langkah penyajian ini, yang pertama-tama guru harus menggiring siswa untuk membacakan puisi.
Tujuan siswa untuk membacakan puisi adalah untuk memperoleh pemahaman yang secara mendetailtentang isi puisi agar dapat menyelidiki dan menemukan suatu masalah yang ada didalamnya
Dalam proses pencapaian pembelajaran ini gurulah sebagai fasilitator untuk memahami secara keseluruhan dari isi puisi yang ada.
Kegiatan yang harus dilakukan
a. Guru menggiring siswa ke dalam empat kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari lima orang anak.
b. Guru memberikan kesempatan pada tiap-tiap kelompok untuk membacakan puisi di depan teman kelompok yang lain
c. Di dalam kelompok setiap individu harus membacakannya di dalam hati agar seluruh siswa dapat memahami isi puisi.
Jadi ditahap penyajian ini, kegiatan pertam itu adalah membacakan puisi untuk memperoleh pemahaman serta dapat menyelidiki dan menemukan ide pokok dari puisi tersebut.


B. Pemberian Peta Kognitif
Di bagian ini, guru member peta kognitif mengenai puisi, yakni memberikan pemahaman secara keseluruhan mengenai bagia atau unsur-unsur yang terdapat dalam puisi. Namun lebih khususnya unsure pengetahuan atau ide yang disampaikan pengarang dalam puisi yang ada melalui; imajinasi, diksi, gaya bahasa, rima, kata konkrit, serta tema.
Dalam peta kognitif ini guru memberikan penjelasan berdasrkan data yang obyektif yang ada dalam puisi. Sehingga dapat membantu siswa untuk mengenal dan memahami isi puisi yang ada, dengan demikian proses kegiatan belajar mengajar dapat tercapai tujuannya dengan efektif dan efisien.
Pemberian peta kognitif ini sebagi langgkah awal dari guru untuk membrikan cara-cara yang dilakukan oleh siswa untuk memahami dan mengkaji isi puisi yang ada
Jadi langkah pemberian peta kognitif ini adalah langkah untuk memberikan gambaran secara umum kepada siswa dalam memahami isi puisi yang ada.

C. Landasan Tumpu Puisi
Pada bagian ini guru memberikan gambaran latar belakang yang bersifat informasi dari puisi. Di sini guru memberikan informasi yang bersumber dari puisi yang ada untuk mengetahuai kekhasan ide pengarang, misalnya puisi-puisi yang mengandung protes sosial merupakan kekhasan dari seorang penyair W.S.Rendra, jadi guru memberikan landasan tumpu ini kepada siswa untuk membantu memahami isi puisi yang diciptakan oleh penyairnya. Sehingga dapat dijadikan landasan dasar pemikiran siswa untuk memahami dan menyelidiki serta dapat menemukan masalah yang ada dalam puisi tersebut.


PENGKAJIAN
A. Pemahaman Presepsi Yang Mendalam dan Menyeluruh Puisi Yang Dipelajari.
Pada tahap ini tentunya seorang guru harus mempunyai bekal pengetahuan tentang ppuisi yang akan dikaji, sehingga bisa memahami puisi tersebut secara holistik, maka dari itu untuk memahaminya guru harus menguasai hakikat dari puisi, sebagai berikut;
a. Guru harus mengetahui bahwa dalam puisi terjadi pengkonsentrasian atau pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.
b. Guru harus memahami bahwa dalam penyusunan unsur-unsur bahasa itu harus dirapikan, diperbagus diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi
c. Guru dapat mendefinisikan bahwa puisi adalah ungkapan pikiran dan mood atau pengalaman yang bersifat maginatif.
Sehingga dapat melakukan presepsi yang mendalam terhadap puisi yang ada, serta dapat mengetahui secara holistik terhadap
Ditahap pengkajian ini juga guru harus bisa melakukan kajian intrinsik dan kajian ekstrinsik terhadap puisi yang ada. Sebelum disampaikan siswa untuk dijadikan suatu materi.

PENGAKHIRAN
A. Uraian Akhiran
Dalam pengembangan model pembelajaran puisi perlu adanya kecerdasan yang matang, sehingga proses pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Namun dalam pengembangannya gurulah yang menjadi fasilitator selama kegiatan pembelajaran berlansung, dan dalam penerapannya guru telah menguasai seluruh prosedur pembelajaran puisi secara mendalam dan benar. Dalam pengembangannya juga guru harus berupaya agar dapat mengundang suasana belajar siswa yang menyenangkan agar tidak jenuh sehingga dapat tercapainya suatu tujuan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran puisi.
Melakukan berbagai macam pendekatan untuk variasi penyampaian materi, serta mengguanakan media-media yang relevan sehingga tidak cara dan model penyampaianya tidak monoton.
Jadi pengembangan model pembelajaran puisi, perlu dilakukan oleh seorang guru agar dalam pencapain suatu tujuan pembelajarannya tercapai dengan efektif dan efisien serta bervariasi dalam penyampaian materi .
B. Evalusi
Dalam langkah ini guru melakukan evaluasi dengan bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa memahami materi, serta barometer untuk mengetahu kemampuan siswa.
Langkah–langkah yang dilakuan guru dalam evalusi adalah sebagai berikut
a. Guru menyajikan masalah yang ada dalam puisi
b. Guru memberikan tugas secara kelompok dan individu
c. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa siapa si pembicara dalam puisi?
d. Dapatkah siswa mneyebutkan diksi yang menyatakan pribadi si pembicara tersebut
e. Siapakah yang dituju oleh penyair dengan puisinya itu
f. Apakah setting (latar) waktu dan tempatnya?
g. Apakah intense (niat, maksud) dan tujuan puisi tersebut
h. Sejauh manakah diksi dan imagery menunjang nadanya (sikap penyair pada pokok persoalan dan pembacanya)
i. Dapatkah siswa menyebutkan/menunjukkan contoh bahasa figuratif yang menunjang efek menyeluruhnya?
j. Dapatkah siswa membuktikan pemahamannya terhadap struktur sintaktisnya dari setiap larik.

C. Kegiatan Pengukuhan
Dalam pengukuhan ini guru memberikan penjelasan pemantapan tentang puisi secara menyeluruh. Disini pula Puisi harus dibacakan oleh siswa, agar dapat dipahami. Baik secara kelompok maupun individu agar siswa dapat memahami secara efektif dan efisien.



Read more

KOMPETENSI KEGURUAN

~Kompetensi Pedagogik ~Kompetensi Profesional
~Kompetensi Personal ~Kompetensi Intelektual
~Kompetensi Sosial
I. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
Kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru antara lain:
 Pemahaman wawasan pendidikan
 Pemahaman terhadap penguasaan bahan kajian akdemik
 Pengembangan kurikulum
 Pengembangan silabus
 Perancangan pembelajaran
 Evaluasi hasil belajar
 Pengembangan peserta didik




Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah sejumlah kemampuan atau kompetensi yang berhubungan dengan profesi seseoran yang menuntut berbagai keahlian di bidang pendidikan atau keguruan. Kompetensi professional merupakan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan, bidag studi yang dibinanya dan mempunyai keterampilan dalam tehnik megajar.
Kompetensi professional yang harus dimiliki olehguru antara lain:
 Penguasaan bahan pelajaran peserta konsep-konsep.
 Pengelolaan program belajar-mengajar.
 Pengelolaan kelas.
 Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar.
 Penguasaan landasan-landasan kependidikan.
 Kemampuan menilai prestasi belajar-mengajar.
 Menguasai metode berpikir.
 Memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik.
 Mampu memahami karakteristik peserta didik.
 Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan.
 Berani mengambil keputusan.
 Memahami kurikulum dan perkembangannya.
 Mampu bekerja berencana dan terprogram.
 Mampu menggunakan waktu secara tepat.

Kompetensi Personal
Guru harus memiliki sikap kepribadian yang baik sehingga mampu menjadi contoh bagi subyek didiknya, artinya ia memiliki kepribadian yang patut diteladani sehingga karakteristik guru tersebut mampu membantu dalam menjalnkan tugas yang diembannya.
Kompetensi personal yang harus dimiliki oleh guru antara lain:
 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
 Percaya diri.
 Tenggang rasa dan toleran.
 Bersikap terbuka dan demokratis.
 Sabar dalam menjalani profesi keguruannya.
 Memiliki wawasan yang luas
 Memahami tujuan pendidikan.
 Mampu menjalin hubungan dengan orang lain.
 Memahami kelebihan dan kekurangan diri.
 Kreatif dan inovatif dalam berkarya.
 Bersikap jujur
 Memiliki sopa santun dan ramah kepada siapa saja

Kompetensi Intelektual
Kompetensi intelektual merupakan kemampuan seorang guru yang berhubungan dengan kecerdasan.
Kompetensi intelektual yang harus dimiliki guu adalah:
 Berpikir konkrit
 Berpikir abstrak
 Berpikir kritis
 Berpir secara sistematis
 Berpikir logis
 Berpikir obyektif
 Berpikir skematis
 Berpikir strategis
 Inovatif
 Berpikir ilmiah

Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Peran yang dibawa guru dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain.
Beberapa kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru, antara lain berikut ini.
 Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua Peserta didik.
 Bersikap simpatik.
 Dapat bekerja sama dengan BP3.
 Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.
 Memahami Dunia sekitarnya (Lingkungan).
 Mampu berinteraksi dengan masyarakat sekitar
 Dapat bekerja sama dengan tokoh masyarat
Jelaskan dan beri contoh!

1. Berpikir kritis
Berpikir kritis merupakan proses merumuskan alasan yang tertib secara aktif dan terampil dari menyusun konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mengintegrasikan (sintesis), atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan melalui proses pengamatan, pengalaman, refleksi, pemberian alasan (reasoning) atau komunikasi sebagai dasar dalam menentukan tindakan.
Contoh: Saat seorang anak yang mempunyai kegemaran bermain layang-layang, mereka akan berpikir cara atau tehnik membuat layang-layang.

2. Melibatkan kegiatan intelektual
Seseorang dalam berpikir akan melibatkan kecerdasan yang dia miliki. Kemampuan tersebut akan dia hubungkan dengan kecerdasan dalam kehidupanya sehari-hari.
Contoh : Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika akan menggunakan kecerdasan logisnya untuk menjawab soal matematika tersebut .

3. Hakekat pendidikan
Hakekat pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia lndonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Contoh : seseorang yang yang sedang menuntut ilmu dari pendidikan dasar sampi perguruan tinggi.

4. Pendidikan pra jabatan
Pendidikan prajabatan adalah pendidikan yang berfungsi memberikan bekal secara formal kepada calon pekerja dalam bidang tertentu dalam periode waktu tertentu.
Contoh : Guru honorer mengikuti seminar, lokakarya dsb

5. Berpikir reflektif
Berpikir Reflektif adalah berpikir untuk mengingat kembali terhadap apa yang sudah dilakukan dalam rangka melakukan instropeksi , refleksi dan sipirit koreksi atas berbagai kualitas dan cara kerja yang sudah dilakukan dalam kehidupan ini.
Contoh : seseorang dengan cepat dan tanggap menjawab pertanyaan dari temannya yang menanyakan tentang masa lalunya.

6. Kompetensi intelektual
Kompetensi intelektual merupakan kemampuan seorang guru yang berhubungan dengan kecerdasan.
Contoh : Berpikir logis, berpikir sistematis dsb.

7. Pendidikan dalam sebelumnya
Pendidikan dalam sebelumnya bermaksud memberikan bekal tambahan kepada orang- orang yang telah bekerja.
Contoh : Penataran, kursus, dsb.

8. Kompetensi personal
Guru harus memiliki sikap kepribadian yang baik sehingga mampu menjadi contoh bagi subyek didiknya, artinya ia memiliki kepribadian yang patut diteladani sehingga karakteristik guru tersebut mampu membantu dalam menjalnkan tugas yang diembannya.
Contoh : Bertutur kata yang baik, sopan, rapi dalam berpenampilan, dsb.

9. Jabatan yang diutamakan
Jabatan yang lebih mengutamakan atau mementingkan kepentingan umum atau bersama diatas kepentingan pribadi.
Contoh : guru memberikan waktu luangnya untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar

10. Kewibawaan
Kewibawaan guru menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas.
Contoh : Guru menguasai materi yang akan diajarkan.
11. Jujur terhadap diri sendiri
Jujur terhadap diri sendiri merupakan suatu sikap untuk mengungkapkan sesuatu sesuai dengan fakta tanpa adanya kebohongan atau pemalsuan.
Contoh : Dalam proses pembelajaran, seorang guru memberikan materi dengan fakta yang benar atau tidak ada kebohongan.
12. Menguasai metode
Dalam pembelajaran, guru harus mempunyai metode atau cara pengajaran yang beragam dan dimengerti oleh siswanya agar siswa tidak bosan.
Contoh : Guru mengganti metode pembelajaran secara ceramah dengan metode diskusi

13. Bekerjasama dengan orang lain
Bekerja sama adalah upaya untuk saling membantu antara dua orang atau lebih. Guru harus mampu bekerja sama dengan orang lain.
Contoh : guru bekerja sama dengan masyarakat dalam segala kegiatan.
14. Sumber kesabaran, ketelatenan
Dalam mengajar, guru harus sabar dan telaten dalam menghadapi peserta didiknya, sumber kesabaran dan ketelatenan ada dalam hati.
Contoh : Ketika ada siswa yang tidak bisa menerima atau mengerti pelajaran yang diajarkan guru, guru mengulang pelajaran atau memberikan les tambahan sampai siswanya mengerti dan paham tentang materi tersebut.
15. Sikap profesional
Sikap profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran dan kecakapan.
Contoh : guru mampu menilai kegiatan proses belajar mengajar

16. Arah pendidikan di Indonesia
Pendidikan di Indonesia menggunakan sistem kurikulum
Contoh : kurikulum KBK pada tahun 2004 dan kurikulum KTSP pada tahun 2006


17. Bijaksana
Bijaksana adalah mengambil keputusan tidak dengan menggunakan emosi melainkan dengan petimbangan terlebih dahulu.
Contoh : Karena Aldi tidak masuk sekolah, gurunya tidak langsung memarahinya tetapi menanyakannya mengapa ia tidak masuk.

18. Sikap professional terhadap lingkungan
Guru sebagai pendidik professional dituntut untuk selalu menjadi teladan bagi masyarakat di sekelilingnya.
Contoh : guru ikut andil dalam kegiatan kerja bakti

19. Berpikir obyektif
Berpikir obyektif adalah merupakan kemampuan berfikir yang dapat membedakan fakta, realita dan citra
Contoha: seorang guru yang dapat membedakan kejadian yang nyata dialami siswa dan penerapanya.

20. Guru merupakan jabatan profesi
Guru merupakan jabatan profesi karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No. 26/1989).
Contoh : guru yang dalam kehidupan sehari-harinya mengajar dan mendidik siswa dan belum pensiun


Read more
Senin, 26 April 2010 | 23.01 | 0 Comments

PENDIDIKAN

Pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin jasmani dan rohani kearah kedewasaan. Dalam artian, pendidikan adalah sebuah proses transfer nilai-nilai dari orang dewasa (guru atau orang tua) kepada anak-anak agar menjadi dewasa dalam segala hal.


Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa yang sedang membangun. Upaya perbaikan dibidang pendidikan merupakan suatu keharusan untuk selalu dilaksanakan agar suatu bangsa dapat maju dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa upaya dilaksanakan antara lain penyempurnaan kurikulum, peningkatan kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan sarana-sarana pendidikan, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa dan terciptanya manusia Indonesia seutuhnya.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003 (Sisdiknas, pasal 3). Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut, maka dalam lembaga pendidikan formal yaitu sekolah, keberhasilan pendidikan ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yakni keterpaduan antara kegiatan guru dengan kegiatan siswa. Bagaimana siswa belajar banyak ditentukan oleh bagaimana guru mengajar. Salah satu usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran adalah dengan memperbaiki pengajaran yang banyak dipengaruhi oleh guru, karena pengajaran adalah suatu sistem, maka perbaikannya pun harus mencakup keseluruhan komponen dalam sistem pengajaran tersebut. Komponenkomponen yang terpenting adalah tujuan, materi, evaluasi.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, maka guru harus memiliki dan menguasai perencanaan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar mengajar.
Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pengajaran. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar ini sesuatu yang erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang mendidik. Guru sebagai pendidik mengandung arti yang sangat luas, tidak sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran tetapi menjangkau etika dan estetika perilaku dalam menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat. Sebagai pengajar, guru hendaknya memiliki perencanaan (planing) pengajaran yang cukup matang. Perencanaan pengajaran tersebut erat kaitannya dengan berbagai unsur seperti tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kegiatan belajar, metode mengajar, dan evaluasi. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian integral dari keseluruhan tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran.
Saat ini, dalam segi kurikulum salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Yang paling penting dalam hal ini adalah faktor guru. Sebab secanggih apapun suatu kurikulum dan sehebat apapun sistem pendidikan, tanpa kualitas guru yang baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien.
Kompetensi merupakan salah satu kualifikasi guru yang terpenting. Bila kompetensi ini tidak ada pada diri seorang guru, maka ia tidak akan berkompeten dalam melakukan tugasnya dan hasilnya pun tidak akan optimal. Dalam syari.at Islam, meskipun tidak terpaparkan secara jelas, namun terdapat hadits yang menjelaskan bahwa segala sesuatu itu harus dilakukan oleh ahlinya (orang yang berkompeten dalam tugasnya tersebut).
“Dari Abu Hurairah r.a, Ia berkata. Rasulullah SAW bersabda: Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka nantikanlah saat kehancurannya”. (H.R Bukhori).
Dari hadits ini, dijelaskan bahwa seseorang yang menduduki suatu jabatan tertentu, meniscayakan mempunyai ilmu atau keahlian (kompetensi) yang sesuai dengan kebutuhan jabatan tersebut. Hal ini sejalan dengan dengan pesan kompetensi itu sendiri yang menuntut adanya profesionalitas dan kecakapan diri. Namun bila seseorang tidak mempunyai kompetensi dibidangnya (pendidik), maka tunggulah saat-saat kehancurannya.
Terlebih lagi bagi seorang guru agama, ia harus mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan guru-guru lainnya. Guru agama, disamping melaksanakan tugas keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak disamping menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketaqwaan para siswa. Dengan tugas yang cukup berat tersebut, guru Pendidikan Agama Islam dituntut untuk memiliki keterampilan profesional dalam menjalankan tugas pembelajaran.
Dengan komptensi yang dimiliki, selain menguasai materi dan dapat mengolah program belajar mengajar, guru juga dituntut dapat melaksanakan evaluasi dan pengadministrasiannya. Kemampuan guru dalam melakukan evaluasi merupakan kompetensi guru yang sangat penting. Evaluasi dipandang sebagai masukan yang diperoleh dari proses pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan berbagai komponen yang terdapat dalam suatu proses belajar mengajar. Sedemikian pentingnya evaluasi ini sehingga kelas yang baik tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan pembelajaran, kemampuan guru mengembangkan proses pembelajaran serta penguasaannya terhadap bahan ajar, dan juga tidak cukup dengan kemampuan guru dalam menguasai kelas, tanpa diimbangi dengan kemampuan melakukan evaluasi terhadap perencanaan kompetensi siswa yang sangat menentukan dalam konteks perencanaan berikutnya, atau kebijakan perlakuan terhadap siswa terkait dengan konsep belajar tuntas. Atau dengan kata lain tidak ada satupun usaha untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar yang dapat dilakukan dengan baik tanpa disertai langkah evaluasi.
Dalam arti luas evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi, dan yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dalam hal memperoleh dan menyediakan informasi, evaluasi menempati posisi yang sangat strategis dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan seorang guru akan mendapatkan informasiinformasi sejauh mana tujuan pengajaran yang telah dicapai siswa.
Guru harus mampu mengukur kompetensi yang telah dicapai oleh siswa dari setiap proses pembelajaran atau setelah beberapa unit pelajaran, sehingga guru dapat menentukan keputusan atau perlakuan terhadap siswa tersebut. Apakah perlu diadakannya perbaikan atau penguatan, serta menentukan rencana pembelajaran berikutnya baik dari segi materi maupun rencana strateginya. Oleh karena itu, guru setidaknya mampu menyusun instrumen tes maupun non tes, mampu membuat keputusan bagi posisi siswa-siswanya, apakah telah dicapai harapan penguasaannya secara optimal atau belum. Kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yang kemudian menjadi suatu kegiatan rutin yaitu membuat tes, melakukan pengukuran, dan mengevaluasi dari kompetensi siswa-siswanya sehingga mampu menetapkan kebijakan pembelajaran selanjutnya.
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu usaha untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar. Informasi-informasi yang diperoleh dari pelaksanaan evaluasi pembelajaran pada gilirannya digunakan untuk memperbaiki kualitas proses belajar mengajar.
Seringkali dalam proses belajar mengajar, aspek evaluasi pembelajaran ini diabaikan. Dimana guru terlalu memperhatikan saat yang bersangkutan memberi pelajaran saja. Namun, pada saat guru membuat soal ujian atau tes (formatif), soal tes disusun seadanya atau seingatnya saja tanpa harus memenuhi penyusunan soal yang baik dan benar serta pengolahan evaluasi pembelajaran yaitu pada pelaksanaan evaluasi formatif.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa terdorong untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut mengenai kompetensi guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran dalam bentuk skripsi yang berjudul “Studi Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran di MI Hidayatullah Pringo Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang”.

B. Identifikasi Masalah
Dari penjelesan latar belakang diatas maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1). Kompetensi guru Pendidikan Agama Islam merupakan tuntutan yang harus dimiliki oleh guru Pendidikan Agama Islam agar dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mengajarkan bidang keagamaan sehingga proses pembelajaran akan berjalan optimal.
2). Pentingnya evaluasi pembelajaran yang merupakan suatu usaha untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar. Informasi-informasi yang diperoleh dari pelaksanaan evaluasi pembelajaran pada gilirannya digunakan untuk memperbaiki kualitas proses belajar mengajar.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup yang diuraikan, maka untuk menghindari pembiasan dalam memahami pembahasan, maka penulis akan membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:
1). Kompetensi yang dimaksud disini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru Pendidikan Agama Islam dalam pelaksanaan proses belajar mengajar khusunya kompetensi profesional.
2). Evaluasi pembelajaran yang akan dikaji adalah evaluasi formatif Pendidikan Agama Islam yang pada pelaksanaannya lebih dikenal dengan Ulangan Harian.
Dengan memperhatikan Pembatasan Masalah di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1). Bagaimanakah kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran?
2). Bagaimana Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan di MI Hidayatullah Pringo Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang berkaitan dengan evaluasi proses pembelajaran, dan mengetahui pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah.

E. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitan ini diharapkan berguna bagi dunia pendidikan dan sebagai masukan bagi guru betapa pentingnya kompetensi guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan keterkaitan kompetensi guru dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran, sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal


Read more
 
Copyright Noreh kulat dot com © 2010 - All right reserved - Using Blueceria Blogspot Theme
Best viewed with Mozilla, IE, Google Chrome and Opera.